Selasa, Juli 29, 2008

Quotes this day...

Keberanian maupun ketakutan dapat mendorong seseorang melakukan hal-hal yang tak pernah dibayangkannya sekalipun
~Fl.O.W.~

I can see what you see, I can hear what you hear, but I 'm not sure I can feel what you feel
(Aku bisa melihat yang kau lihat, Aku bisa mendengar yang kau dengar, namun aku tidak yakin Aku dapat merasakan yang kau rasakan)
~Fl.O.W~

Jumat, Juli 25, 2008

Pengolahan sampah basah menjadi kompos

Sampah sudah diakui sebagai salah satu problem kota-kota besar seperti Surabaya. Sampah basah adalah salah satunya. Perlu diketahui, sampah basah atau sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami.


Setiap individu di kota menghasilkan sampah 0,50-0,65 kg per orang per hari, dengan kepadatan 200 kg/m3 (Mubiar Purwasasmita, Pikiran Rakyat tanggal 2 April 2005).


Sampah basah dapat menimbulkan polusi. Terutama polusi udara. Sampah basah dapat menimbulkan ambu gak enak yang bisa mengganggu. Terkadang sampah basah mengeluarkan cairan yang dapat mengotori lingkungan di sekitar sampah. Selain itu, tumpukan sampah basah dapat menimbulkan tanah longsor yang berbahaya terutama pada musim hujan.


Ada banyak jumlah sampah basah di Surabaya, ini terbukti dari menumpuknya sampah basah di TPS-TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di Surabaya. Namun, seringkali orang mengolah sampah basah dengan cara yang kurang baik, seperti membakarnya. Karena jika sampah basah diolah dengan cara dibakar, maka akan menimbulkan polusi yang memang sudah banyak terdapat di Surabaya. Padahal, sampah basah merupakan jenis sampah yang mudah didaur ulang. Salah satu caranya adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk organik. Kita bisa mengambil banyak sekali manfaat, diantaranya adalah :


1. Mengurangi jumlah sampah, terutama sampah basah di Surabaya


2. Menyuburkan tanaman-tanaman dengan pupuk organik hasil
pengolahan, sehingga dapat mengurangi polusi serta mengurangi efek
Rumah Kaca dan Pemanasan Global.


3. Menghasilkan barang produksi yang bisa menghasilkan keuntungan
yang cukup banyak, sehingga dapat menambah penghasilan kota.


4. Menghasilkan pupuk yang murah sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menanam tanaman.


PENGOLAHAN SAMPAH BASAH MENJADI KOMPOS


Untuk mengubah sampah basah menjadi kompos, sebenarnya bukanlah pekerjaan yang bisa dibilang sulit. Awalnya, sampah basah dimasukkan ke keranjang takakura susun -sebuah kotak plastik seperti krat soft drink. Di dalam keranjang itu sudah ada kompos. Perbandingan antara kompos dengan sampah baru adalah 1:1. Tinggal ditambah sekam, sampah basah tersebut dibiarkan selama dua hari agar terurai.


Setelah dua hari, isi keranjang itu dimasukkan mesin giling khusus. Hasil penggilingan tersebut dikumpulkan dalam sebuah ruang. Nah, di dalam ruang itu, proses komposisasi berlangsung. Tiap dua hari sekali, tumpukan sampah yang telah digiling tersebut digeser. Perjalanan dari hasil gilingan hingga menjadi kompos siap pakai selama 14 hari.


KOMPOS DUA PEKAN DARI WONOREJO


Warga metropolis tampaknya tak mau terpaku pada pakem-pakem "tradisional" pengolahan dan pemilahan sampah. Salah satunya dibuktikan warga Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Tegalsari. Berbagai inovasi dikembangkan kelurahan yang menembus 50 besar Surabaya Green and Clean 2007.


Wihartuti Dwi Rahayu, ketua kader lingkungan, mengembangkan metode baru mengolah sampah basah. Cara itu dia namakan fermentasi dengan bakteri EM4. "Cara ini saya kembangkan dari hasil pelatihan yang diberikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Memang, cara saya berbeda dengan mereka," kata.


Tuti-panggilan akrab Wihartuti Dwi Rahayu lantas menjelaskan kreasinya itu. Yang pertama disiapkan adalah drum plastik. Sebelum dimasukkan drum, sampah dicincang hingga berukuran sekitar 2 sentimeter. Setelah itu, sampah basah tersebut dicampur cairan fermentasi EM 4, dedak, dan air gula. Menurut Tuti, cara itu lebih efektif dibanding keranjang Takakura. Selain itu, waktunya pun lebih singkat. Tuti bilang, sampah yang diolah dengan keranjang Takakura baru bisa "dipanen" dalam waktu 6 bulan. Namun, dengan metode EM4, kompos sudah jadi dalam waktu 2 minggu. "Kelebihan lain, metode EM4 mampu menoleransi sampah dengan ukuran maksimal 2 sentimeter. Jika di keranjang Takakura, sebelum memasukkan sampah, kita harus menghaluskan dulu sampah basah itu. Harga EM4 pun sangat murah. Rp 21 ribu tiap 1,5 liter," jelasnya.


KESIMPULAN & SARAN


Bisa disimpulkan bahwa pemanfaatan sampah basah menjadi kompos sangat penting untuk menjaga kelestarian alam dan mungkin mengurangi ambu dan mengurangi polusi. Selain itu, tambahan penghasilan untuk penduduk bisa didapatkan.


Sedangkan saran saya untuk seluruh elemen masyarakat dan pemerintah adalah meningkatkan
produksi kompos dari sampah basah untuk mengurangi polusi untuk kedua elemen, mengadakan serta meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan tentang pengolahan sampah untuk pemerintah, mengingatkan dan memberitahu warga lain tentang pengolahan sampah serta mengurangi jumlah sampah yang dibuang dengan cara mengolahnya untuk masyarakat.

Selasa, Juli 22, 2008

Hari Ulang Tahun

Seorang pemuda yang tampak kaya raya akan masuk ke sebuah mall. Didepan pintu masuk mall tersebut dia bertemu dengan seorang pengemis tua. Karena kasihan, pemuda itu memberi uang 10 ribu kepada pengemis tua tersebut dan pengemis pun memberi uang kembali kepada pemuda itu sebesar 3 ribu. Dengan heran pemuda itu bertanya…

Pemuda: Lho… kenapa bapak memberi uang kembali kepada saya? Saya ikhlas kok pak!…

Pengemis: Tidak apa-apa nak… karena hari ini saya ulang tahun, jadi saya beri diskount 30% buat kamu.

*sumber: gak jelas…*


Minggu, Juli 20, 2008

Orang Cerdas Yang Cerdik

Konon, ada pejabat menyuruh orang mengukur tinggi tiang bendera. Tanpa pikir panjang dia memanjat tiang sambil mengukur tiang bendera tadi menggunakan meteran.

“Lho, kalau ngukur jangan begitu. Bahaya. Kalau roboh bagaimana?,” tanya pejabat tadi khawatir. “Bapak ini bagaimana. Tadi saya disuruh ngukur tingginya tiang ini, Tetapi setelah saya ukur tidak boleh, maksud bapak bagaimana? “Silahkan diukur, tetapi caranya jangan begitu, itu keliru! Tidak usah naik. Cukup dirobohkan, baru diukur dengan meteran sehingga tidak berbahaya.” jelasnya, “Bapak ini kelihatannya cerdas, ternyata bodoh, Bapak tidak bisa membedakan tinggi dengan panjang, Kalau tinggi arahnya ke atas pak, kalau panjang arahnya ke samping, Nah, kalau tiang bendera ini saya robohkan, berarti saya ngukur panjangnya, bukan ngukur tingginya. Bapak tadi kan menyuruh ngukur tingginya bukan panjangnya”

Nah, sepenggal percakapan ini menunjukkan bahwa orang itu memang cerdas. la bisa membedakan tinggi dengan panjang secara tepat dan cepat. Sedang pejabat tadi larut pada argumentasi orang tadi sehingga dia juga merasa salah. Kemampuan seperti orang tadi, bukan hanya cerdas, tetapi cerdik, Dia bisa matikan lawan bicara, tak berkutik, Apa bedanya cerdas dan cerdik, lihai atau yang lain ?

Dr. Siswono Yudo Husodo mengatakan, intelektual seseorang itu ada tingkatannya, Dari sisi positip, ada cerdas, cerdik, lihai, dan kemudian kalau tidak hati‑hati‑bisa menjadi licik, katanya. Terkait dengan pemimpin bangsa, Indonesia butuh pemimpin yang cerdas, cerdik, dan lihai. Tetapi, lanjut dia tidak boleh ada pemimpin yang licik. Negeri yang dipimpin orang licik bisa menyebabkan kerusakan. Cerdas itu penting sebab memimpin negeri dengan penduduk 220 juta jiwa butuh kemampuan intelektual tinggi. Lebih sempurna, kalau pemimpinnya cerdik. Yaitu, mampu mewujudkan kecerdasannya dalam kepemimpinan. Pemimpin yang cerdik, kata Hamka tidak berlama‑lama berpikir, merenung dan mencari jawaban jika ditanya sesuatu atau menghadapi persoalan pelik. Dia cekatan. Selanjutnya, perlu ditingkatkan satu lagi menjadi lihai. Pemimpin yang lihai, tidak akan mudah didikte bangsa lain. la bisa memainkan peran-peran di dunia global yang menuntut kelihaian tinggi. Jika tidak, maka seluruh negeri akan menjadi bulan‑bulanan bangsa lain.

Prof . Syafii Maarif, mengatakan di dunia kepemimpinan, ibarat seorang nahkoda, Ada nahkoda yang hanya bisa menjalankan kapal di atas air tenang, tidak ada hempasan gelombang. Dalam suasana tenang dia bisa, tetapi gugup ketika ada badai menghempas. Ada juga nahkoda yang mampu mengarungi lautan dengan tegar, lihai, dan bisa mencari celah gelombang sehingga bisa melaju dengan tenang di tengah gelombang besar yang menghempas. Bisa ditebak, kalau di tengah hempasan gelombang bisa menjalankan kapalnya dengan tenang, maka akan lebih mudah lagi menjalankan kapalnya di atas air tenang tanpa gelombang. Nah, nahkoda yang dimaksud seperti apa? Tanya saja pada orang yang cerdas, cerdik, dan lihai. Atau, bisa juga Anda tanyakan pada hati nurani.

Dikutip dari tausyiah275.blogsome.com